cover
Contact Name
Rusmin Abdul Rauf
Contact Email
tahdis@uin-alauddin.ac.id
Phone
+6282344228117
Journal Mail Official
tahdis@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
Jl. H. M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong, Gowa, Sulawesi Selatan Kampus II Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis
ISSN : 20867891     EISSN : 27162109     DOI : 10.24252/tahdis
Tahdis : Jurnal Kajian Ilmu Hadis adalah jurnal Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Alauddin Makassar yang berisi artikel ilmiah dan hasil penelitian berkaitan tentang Hadis dan Ilmu Hadis.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 2 (2020)" : 6 Documents clear
KERAGAMAN BACAAN TAHIYAT DALAM SHALAT Riska Riska
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.14109

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap keragaman dan kesahihan hadis terkait dengan bacaan tahiyyat agar tidak terjadi perselisihan dan pertikaian dalam masyarakat dalam pelaksanaannya. Contoh kasus yang terjadi pada kalangan masyarakat awam tepatnya di daerah Tonrokassi Timur, Jeneponto masih memperselisihkan dan ada yang belum mengetahui bacaan tahiyat yang sesuai dengan ajaran Nabi saw. mereka beranggapan bahwa bacaan tahiyat hanya ada satu bacaan, karena inilah yang mereka terima dari ajaran orang tua mereka. Sehingga mereka tidak menerima bacaan yang lain, bahkan diantara mereka masih ada yang belum mengetahui tatacara tahiyat yang benar sesuai ajaran Nabi saw. metode penelitian yang digunakan ialah kajian pustaka dengan menelusuri, mengumpulkan, mengkaji kitab-kitab hadis yang berkaitan dengan bacaan tahiyat. Setelah penulusuran maka dapat dikatakan bahwa keragaman bacaan tahiyat semuanya diriwayatkan oleh perawi yang siqah sehingga dapat dinilai shahih.KeywordsShalat, Keragaman bacaan tahiyat, hadisAbstrakThe study was intended to provide an explanation for the variety and sacility of the hadith relating to tahiyat literature in order to prevent dissension and dissensioan in the society of implementation, an example in the case of ordinary people in region of eastern Tonrokassi in Jeneponto was still reporting and some had not yet known the tahiyat readings to fit the prophet’s teachings. They assumed that the printed text contained only one rading, since this was what they received from the teachings of their parents. So that they received no other reading, even some of them still did not know the correct ordinances according to the prophet’s teachings. The method of research used is the library study by searching, collecting, examining the books of the hadith relating to tahiyat literature, after the search it can be said that the diversity of tahiyat readings was all presented by the siqah recited and thus could be judged shahih.KeywordsPrayer, tahiyat readings diversity, hadith
أحاديث فضيلة الزهد في كتاب سَيْر السالكين للشيخ عبد الصمد الفَلِمْبَانِي دراسة تحليلية نقدية Taufiq - Hidayat
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.15684

Abstract

This research examines the Hadith Zuhud (Asceticism) in the Sayr Al-Salikiin of Abdus Somad Al-Falimbani in terms of matn (their text) and sanad (chain of narration). A brief introduction of the narrator of the hadith is also given. Attestation of the hadith in other books is examined and the status of hadith is determined, whether they remain daif (weak) or upgraded to be hasan (valid). The researcher used the inductive method to collect hadith Zuhud (Asceticism) in the Sayr Al-Salikiin of Abdus Somad Al-Falimbani as well as the critical approach on the attestation in other books and determine the status of the hadith and used the analytical method to conclude on some jurisprudence of the Hadith. As a result, the researcher found most of hadith in the Sayr Al-Salikiin are eligible to be upgraded into hasan. The rest remain daif due the unavailable attestation or weak narrator chain. The hadiths in the Sayr Al-Salikiin book about Zuhud (Asceticism) are thirty. But, The hadiths about advantages of asceticism five. hadiths that reach to the hasan level are one. And the rest remain daif due the unavailable attestation in another book or weaken narrator.
HADIS GAIR MA‘MŪL BIH (Studi atas Hadis Sahih Tapi Tidak Aplikatif) H. Rajab Z
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.16221

Abstract

Abstrak:Tulisan ini bermaksud menjelaskan tentang hadis gair ma‘mūl bih, suatu istilah untuk menunjukkan adanya hadis Nabi yang meskipun dapat diterima sebagai sumber ajaran agama, tetapi ternyata hadis-hadis tersebut tidak aplikatif. Penelitian dilakukan pada matn dari hadis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengandalkan sumber-sumber pustaka, berupa kitab-kitab hadis, buku, artikel ilmiah dan sumber pustaka lain yang dianggap relevan. hasil penelitian menunjukkan bahwa istilah hadis gair ma‘mūl bih berkaitan dengan 2 hal, yang pertama, tentang hadis mutashābih, yaitu hadis yang di dalam teksnya terdapat lafal yang tidak dapat diungkap maknanya secara pasti, sehingga harus ditangguhkan pengamalan hadis tersebut atau maknanya dialihkan ke pengertian yang lain yang sebenarnya bukan makna dari lafal tersebut, dan kedua, tentang mukhtalif al-ḥadith, yaitu hadis yang kandungan matannya kontradiktif antara satu dengan lainnya. Ada beberapa faktoryang menjadi penyebab terjadinya pertentangan antarmatan hadis, yaitu al-qalb, al-Idrāj, ziyādat al-thiqah dan taṣḥīf. Faktor-faktor ini adalah shudhūdh hadis, dan hadis yang dimasukinya menjadi shādhdh, sedangkan hadis yang bertentang dengannya yang lebih kuat disebut maḥfūẓ.Abstract:This paper intends to explain the hadith gair ma'mūl bih, a term to indicate the existence of the Prophet's traditions which, although they can be accepted as a source of religious teachings, are in fact not applicable. The research was conducted on the matn of the hadith using descriptive qualitative methods by relying on literary sources, in the form of hadith books, books, scientific articles and other literature sources that are considered relevant. The results of the research show that the term hadith gair ma'mul bih is related to two things, about the hadith mutashābih, namely the hadith in which the text contains a pronunciation whose meaning cannot be revealed with certainty, so that the practice of the hadith must be postponed or the meaning is transferred to the meaning. the other which is actually not the meaning of the pronunciation, and about mukhtalif al-ḥadith, namely the hadith whose contents contradict one another. There are several factors that cause contradictions between the matanhadiths, namely al-qalb, al-Idrāj, ziyādat al-thiqah and taṣḥīf . These factors are the shudhūdh of hadith, and the hadith that it includes becomes shādhdh, while the hadith that is contrary to it which is stronger is called maḥfūẓ.
Hadis Tentang Perempuan Setengah Akal Dan Agamanya Habib Bullah
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.17138

Abstract

Islam sebagai agama rah}matan li al-‘a>lami>n menekankan keistimewaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya diciptakan dari “nafs wa>h}idah”  serta memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Perbedaannya hanya dalam tingkatan ketaqwaannya saja.  Selain laki-laki, perempuan adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang juga diberikan emban menjadi khalifah di muka bumi ini dengan memikul tanggung jawab yang sama, yaitu Amar ma’ru>f Nahi Munkar. Namun, terdapat perbedaan kodrati dan naluri yang dimiliki laki-laki dan perempuan, sehingga ada sebagian permasalahan perempuan diperlakukan khusus oleh syari’at Islam, seperti mendapatkan dispensasi dalam melakukan kewajiban shalat dan puasa ketika sedang haid atau nifas. Begitu juga perempuan mempunyai kodrat yang berbeda dengan laki-laki, misalnya dalam hal reproduksi dan naluri keibuan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Dalam berbagai literatur diungkap tentang bagaimana Islam mengentaskan berbagai ketidakadilan terutama jika dikaitkan dengan persoalan kaum perempuan dari penindasan. Di sisi lain, terdapat sebuah hadis Nabi Saw yang menyatakan bahwa perempuan itu akal dan agamanya “setengah” atau bisa dikatakan kurang akal dan agamanya. Hal tersebut terkesan diskrimanasi terhadap kaum perempuan. Dengan menggunakan legitimasi agama dari dalil hadis Nabi Muhammad Saw yang menyematkan perempuan akal dan agamanya setengah/separuh inilah, maka Islam bukanlah agama yang mengangkat derajat perempuan dan memberikan hak yang sama di antara makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian perlu ada pemaknaan yang komprehensif tentang hadis tersebut sehingga memberi kesimpulan bahwa Islam benar-benar agama yang menjanjikan rahmat bagi semua makhluk.
Kritik terhadap Kajian Hadis Feminis Islam Rusmin Abdul Rauf; Ummi Farhah
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.17087

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengkritik kajian Feminis Islam utamanya berkaitan dengan Hadis. Ada empat poin yang utama yang dikritik dalam artikel ini. Pertama, penolakan terhadap hadis. Kedua, celaan terhadap sahabat. Ketiga, meragukan integritas Imam Bukhari. Keempat, reinterpretasi terhadap Hadis. Penulis menggunakan pendekatan ilmu musthalah hadis dalam menelaah dan menganalisa pandangan feminis islam. Penulis menemukan bahwa ada kecenderungan dari feminis untuk menolak hadis yang dianggap sebagai hadis misoginis terlepas apakah hadis tersebut shahih atau tidak. Sehingga dasar dari penilaian kesahihan hadis yang dipergunakan oleh feminis bukan lagi integritas dan ketersambungan sanad akan tetapi kesesuaian dengan nilai-nilai feminism atau tidak. Artikel ini menyimpulkan bahwa ada kecenderungan feminis islam tidak mengusai ilmu musthalah hadis dan cenderung menolak kaidah-kaidah ilmu yang telah ditetapkan oleh ulama demi menyesuaikan makna hadis dengan ide-ide feminism.
المنهج النبوي لتنظيم صلاة النساء في المسجد النبوي Syed Mahmudul Hasan
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/tahdis.v11i2.15133

Abstract

إن الإسلام هو دين الرجال كما ادّعى المستشرقون والمبشرون. وفي تأييد هذا الإدعاء أشاروا إلى سيطرة الرجال على معابد الإسلام وتسلّطهم الجنسيّة من حيث لا يستأذن حضور النساء إطلاقاً. أنهم يتبنون هذه الموقف استدلالاً من آراء بعض علماء المسلمين تشدّدوا في قضية صلاة النساء في المساجد. أما حقيقة الإسلام في مسئلة العدالة والمساواة الجنسية تحقّق في جميع نواحي الحياة. جعل الإسلام مشاركة النساء في صلاة الجماعة في المساجد من حقوقهنّ الدينية. وتقدّم لهنّ النبي صلى الله عليه وسلم منهجاً كاملاً عن كيفية الممارسة لهذا الحق. واستخدم الباحث المنهج الاستقرائي لجمع الأحاديث التي تتحدّث عن تنظيم المصطفى صلى الله عليه وسلم لمشاركة النساء صلاة الجماعة في المسجد النبوي. ثم المنهج التحليلي لتحليل هذه القضية. وتوصل البحث إلى نتائج، أهمها أن الإسلام دين الإنسانية والعدالة والحقوق. فالإدعاء في إغلاق حقوقهنّ الدينية بإغلاق أبواب المساجد إدعاء كذب فاحش، تبنى من سوء الفهم لحقيقة الإسلام. لأن النبي صلى الله عليه وسلم لا يستأذن لهنّ الحضور في صلاة المسجد فقط، بل قدّم المشروع الكامل بدايةً من خروج البيت حتى الرجوع إليه، ليثبت حقوق النساء وليقرّر عدالة الشريعة الإنسانية الإسلامية.     

Page 1 of 1 | Total Record : 6